Kalender Indah

JAM INDAH

Animasi

Kamis, 08 Maret 2012

Nabi Khidir Hadir Ketika Rosullullah Wafat

Nabi Khidir as Hadir Ketika Rosullullah wafat. Ibnu Mash’ud berkata: “Ketika Rosulullah saw telah mendekati ajalnya, beliau mengumpulkan kami sekalian dikediaman ibu kita Siti Aisyah, kemudian beliau memperhatikan kami sekalian sehingga berderrailah air matanya dan bersabda: “Selamat datang bagi kamu sekalian dan mudah-mudahan kamu sekalian dibelas kasihani oleh Allah, saya berwasiat agar kamu sekalian bertaqwa kepada Allah serta mentaatiNya. Sungguh telah dekat hari perpisahan kita dan telah dekat pula saat hamba yang dikembalikan pulang kepada Allah ta’ala dan menemui surgaNya. Kalau sudah datang saat ajalku, hendaklah Aly yang memandikan, Fadhal bin Abas yang menuangkan air, dan Usamah bin Zaid yang menolong keduanya, kemudian kafanilah aku dengan pakaianku sendiri, bila kamu sekalian menghendaki, atau dengan kain Yaman yang putih; Kalau kamu sekalian memandikan aku, maka taruhlah aku diatas balai tempat tidurku dirumahku ini, dekat dengan lobang lahatku. Sesudah itu keluarlah kamu sekalian barang sesaat meninggalkan aku. Pertama-tama yang mensholati aku ialah Allah Aza wajalla, kemudian malaikat Jibril, kemudian malaikat Isrofil, malaikat Mikail, kemudian malaikat Izroil dan beserta para pembantunya, selanjutnya semua para malaikat. Sesudah itu masuklah kamu sekalian dengan berkelompok-kelompok dan lakukan sholat untukku.”
Setelah mereka mendengarkan ucapan perpisahan Nabi Muhammad saw, mereka para sahabat menjerit dan menangis seraya berkata, “Wahai Rosullullah, Engkau adalah seorang Utusan untuk Kami sekalian , menjadi kekuatan dalam pertemuan Kami dan sebagai penguasa yang mengurus perkara Kami, bila mana Engkau telah pergi dari Kami, kepada siapakah Kami kembali dalam segala persoalan?”
Rosullullah bersabda,”Telah kutinggalkan kamu sekalian pada jalan yang benar dan diatas jalan yang terang dan telah kutinggalkan pula untuk kamu sekalian dua penasehat yang satu pandai bicara yang satunya diam saja, yang pandai bicara adalah al-Qur’an dan yang diam adalah ajal atau kematian. Apabila ada persoalan yang sulit bagimu, maka kembalilah kamu sekalian kepada Al-Qur’an dan kepada sunnah. Dan kalau hati kamu keras membatu maka lunakkan dia dengan mengambil tamsil ibarat dari hal ihwal mati.
Sesudah itu maka Rosullullah saw menderita sakit mulai akhir bulan Shafar selama delapan belas hari. Para sahabat pun menengok silih berganti. Sedang penyakit yang diderita mulai hari pertama sehingga akhir hayatnya ialah pusing kepala.
Rosullullah mulai menjadi Rosullullah pada hari senin dan wafat juga pada hari senin. Tatkala pada hari senin, penyakit beliau bertambah berat. Maka setelah Bilal selesai adzan subuh, dia pergi menghampiri pintu rumah Rosullullah saw sambil mengucapkan salam, “Assalamu alaika ya Rosullullah!” Siti Fatimah menjawab, “ Rosullullah masih sibuk dengan dirinya sendiri” Bilal terus kembali masuk ke Masjid, dia tidak memahami kata-kata Fatimah. Ketika waktu subuh makin terang, Bilal datang lagi menghampiri pintu rumah Rosullullah saw dan salam seperti semula. Rosullullah mendengar suara Bilal itu, maka beliau bersabda: ‘’ Masuklah hai Bilal, aku masih sibuk terhadap diriku sendiri dan penyakitku rasanya bertambah berat. Maka suruhlah Abu Bakar agar sholat berjamaah dengan orang-orang yang hadir. Bilalpun keluar sambil menangis dan meletakkan tangannya diatas kepala, sambil mengeluh, “Aduh musibah, susah, terputus harapan, telah habis hilang tempat tujuan, andaikata ibuku tidak melahirkan aku.”
Bilal terus masuk masjid dan berkata,”Hai sahabat Abu Bakar, sungguh Rosullullah menyuruh engkau agar sholat bersama-sama dengan orang yang hadir, karena Beliau sibuk mengurusi dirinya yang sedang sakit. Ketika Abu Bakar melihat mihrab (tempat sholat imam) kosong dan Rosullullah tidak hadir, maka Abu Bakar menjerit keras sekali dan jatuh tersungkur karena pingsan. Maka ributlah kaum muslimin, sehingga Rosullullah mendengar keributan mereka, dan bertanya kepada Fatimah, “Hai Fatimah mengapa pagi ini, dan apakah keributan di sana itu?” Siti Fatimah menjawab, “Keributan di sana itu ialah kaum muslimin sendiri , karena engkau tidak hadir”. Maka Rosullullah saw memanggil Ali dan Fadhan bin Abbas, lalu beliau bersandar kepada keduanya dan keluar rumah menuju masjid lalu sholat bersama-sama dengan mereka dua rekaat. Selesai sholat beliau berpaling ke belakang dan bersabda, ”Hai kaum muslimin, Kamu semua dalam pemeliharaan dan pertolongan Allah, oleh sebab itu bertaqwalah kepada Allah serta mentaatinya, maka sesungguhnya saya akan meninggalkan dunia ini. Dan di hari ini hari pertamaku di akhirat dan hari terakhir bagiku di dunia”.
Lalu Rosullullah saw berdiri dan pulang ke rumahnya. Kemudian Allah ta’ala memberi perintah kepada malaikat kematian, ”Turunlah Engkau kepada KekasihKu dengan sebaik-baiknya bentuk, dan lakukan dengan halus dalam mencabut ruhnya, kalau dia mengijinkan kamu masuk, masuklah dan kalau tidak mengijinkan maka janganlah masuk dan kembalilah”.
Maka malaikat kematian pun turun dengan bentuk seperti orang Arab Baduwi desa, seraya mengucapkan salam, “Assalamu ‘alaikum ya ahlal baiti nubuwwati wa ma’danir risalati adkhulu?(mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu sekalian, wahai penghuni rumah kenabian dan sumber risalah, apakah saya boleh masuk?) ”
Maka Rosullullah saw mendengarkan suara malaikat kematian itu dan bersabda, “Hai Fatimah, siapa yang berada di pintu?” Siti Fatimah menjawab, “Seorang Arab Baduwi yang memanggi dantelah aku katakan bahwa Rosullullah sedang sibuk menderita sakitnya, kemudian memanggil lagi yang ketiga kali seperti itu juga, makadia memandang tajam kepadaku, sehingga menggigil gemetar badanku, terasa takut hatiku dan bergeraklah sendi-sendi tulangku seakan-akan hampir berpisah satu sama lainnya serta berubah menjadi pucat warnaku, Rosullullah saw bersabda, “Tahukah engkau wahai Fatimah, siapa dia” Siti Fatimah menjawab, “Tidak” Rosullullah bersabda, “Dia adalah Malaikat yang mencabut segala kelezatan, yang memutus segala macam nafsu syahwat, yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan keadaan kuburan.”
Maka menangislah Siti Fatimah, dengan tangisan yang keras sekali sambil berkata, “ Aduhai celaka nantinya, sebab kematiannya Nabi yang terakhir, sungguh merupakan bencana besar dengan wafatnya orang yang paling taqwa, terputusnya dari pimpinannya para orang-orang yang suci serta penyesalan bagi kami sekalian karena terputusnya wahyu dari langit, maka sungguh saya terhalang mendengarkan perkataan engkau, dan tidak lagi bisa mendengarkan salam engkau sesudah hari ini” Kata Rosullullah, “Jangan Engkau menangis Fatimah, karena sesungguhnya, engkaulah dari antara keluargaku yang pertama berjumpa dengan aku”
Selanjutnya Rosullullah saw bersabda, “Masuklah Engkau Malaikat Kematian, Maka Malaikat Kematianpun masuk sambil mengucapkan salam, “Assalamu ‘alaika yaa Rosullullah” Rosullullah menjawab, “Wa laika salam, hai malaikat kematian, engkau datang untuk berkunjung atau untuk mencabut nyawaku?” Kata malaikat Kematian, “Saya datang untuk berkunjung dan untuk mencabut nyawa, sekiranya Engkau mengijinkan. Kalau tidak maka saya akan kembali”.
Kata Rosullullah, “ Hai Malaikat Kematian, dimana Jibril Engkau tinggalkan?” Kata malaikat Kematian, ”Dia saya tinggalkan di langit duniadan para malaikat sedang menghormat memuliakan dia”. Tidak selang sesaat Malaikat Jibril as pun turun dan duduk diarah kepala Rosullullah saw. Kata Rosullullah saw, “Tahukah Engkau kalau ajalku telah dekat?” Jawab malaikat Jibril, “Ya Tahu, Yaa Rosullullah” Kata Rosullullah, “Beritahukanlah kepadaku kemuliaan yang menggembirakanku di sisi Allah”.
Kata Jibril, “Sungguh pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah berbaris rapi, menanti ruh engkau di langit, pintu-pintu surga telah telah dibuka dan para bidadari telah berhias menanti kehadiran ruh Engkau”.
Kata Rosullullah, “Alhamdulillah, Hai Jibril, berilah berita gembira tentang umatku di hari kiamat”. Jibril berkata, “Saya beritahukan, bahwa sesungguhnya bahwa Allah ta’ala berfirman, Sungguh telah Aku larang para nabi masuk ke dalam Surga, sehingga engkau masuk lebih dulu, dan Aku larang juga semua umat sehingga umat engkau masuk lebih dahulu.” Kata Rosullullah, “Sekarang telah puas hatiku dan hilanglah rasa susahku. Hai malaikat Kematian mendekatlah kepadaku.”

Saat-saat Rosullullah Muhammad saw Sakaratul Maut

Malaikat Kematian mendekat dan melaksanakan tugasnya mencabut ruh Beliau, dan ketika ruh sampai di pusat (perut), Rosullullah berkata, “Hai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati itu” maka malaikat Jibril memalingkan wajahnya dari Rosullullah saw, “Hai Jibril apakah Engkau tidak suka melihat wajahku?” Kata Jibril, “Wahai kekasih Allah, siapakah orangnya yang sampai hati melihat wajah Engkau, sedang Engkau di dalam sakaratul maut”.
Annas bin Malik ra berkata, “ketika ruh nabi Muhammad saw sampai di dada beliau bersabda, Aku wasiatkan agar kamu sekalan menjaga sholat dan apa-apa yang menjadi tanggungannmu maka, masih saja beliau berwasiat dengan keduanya itu sampai putuslah perkataannya.”
Kata Ali ra, ´Sungguh Rosullullah saw ketika menjelang akhir hanyatnya telah menggerakkan dua bbibirnya dua kali, dan ketika saya mendekatkan telinga, saya mendengarkan beliau mengucapkan dengan pelan-pelan, umatku… umatku…”
Maka ruh Rosulullah saw dicabut pada hari senin bulan Rabi’ul awwal. Seandainya dunia ini akan kekal bagi seseorang, Niscaya Rosulullah saw di dunia ini akan kekal.

Saat-saat Jenazah Rosullullah Muhammad di mandikan

Diriwayatkan, bahwa Ali telah membaringkan jenazah Rosullullah saw untuk dimandikan tiba-tiba ada suara dari sudut rumah yang mengatakan dengan keras sekali, “Muhammad jangan engkau mandikan karena dia sudah suci dan disucikan” maka timbullah keragu-raguan pada diri Ali terhadap suara itu. Kata Ali, “Siapa Engkau sebenarnya, karena sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah memerintahkan untuk memandikan.”
Tiba-tiba ada suara lain yang mengatakan, “Wahai Ali, mandikanlah dia,karena sesungguhnya suara yang pertama tadi adalah suara Iblis terkutuk, sebab dengki terhadap Muhammad saw maka dia bermaksud agar beliau dimasukkan ke dalam kubur tanpa dimandikan”.
Kata Ali, “Semoga Allah membalas kebaikan kepadamu, sebab Engkau telah memberitahukan bahwa tadi itu suara iblis terkutuk, maka siapakah Engkau?” Suara itu menjawab, “Saya adalah Nabi Khidir, menghadiri jenazah Nabi Muhammad saw.”
Selanjutnya Ali ra, memandikan Jasad Nabi Muhammad saw, Fadhal bin Abbas dan Usamah bin Zahid ra yang menuangkan air dan malaikat Jibril telah datang dengan membawa obat penahan kehancuran jasad dari surga. Kemudian mereka mengkafani beliau serta menguburnya di kamar Siti Aisyah ra, di tengah malam Rabu, sedang Siti Aisyah ra berdiri di atas kubur Nabi Muhammad saw sambil berkata, “Hai orang yang belum pernah mengenakan pakaian dari sutra, dan belum pernah tidur di atas ranjang yang empuk, hai orang yang keluar dari dunia sedang perutnya belum pernah kenyang meskipun dengan roti, dengan gandum kasar; hai orang yang memilih tidur di atas tikar daripada balai/ranjang; hai orang yang tidak tidur sepanjang malam karena takut siksa neraka Sa’ir”
Kisah Rosullullah Muhammad saw wafat terdapat dalam kitab Duratun Nasihin, Pengajian ke 16.

cerita lucu abu nawas dan ibu angkatnya


Pada suatu hari abu nawas menghadap ke Istana. Ia pun bercakap-cakap dengan Sultan dengan riang gembira. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran di benak Sultan. “Bukankah Ibu si abu nawas ini sudah meninggal? Aku ingin mencoba kepandaiannya sekali lagi, Aku ingin menyuruh dia membawa ibunya ke istanaku ini. Kalau berhasil akan aku beri hadiah seratus dinar.
“Hai, abu nawas,” titah Sultan, “Besok bawalah Ibumu ke istanaku, nanti aku beri engkau hadiah seratus dinar.”

Abu Nawas kaget. “Bukankah beliau sudah tahu kalau ibuku sudah meninggal, tapi mengapa beliau memerintahkan itu,” pikirnya. Namun dasar abu nawas, ia menyanggupi perintah itu. “Baiklah, tuanku, esok pagi hamba akan bawa ibu hamba menghadap kemari,” jawabnya mantap. Setelah itu ia pun mohon diri.

Sesampai di rumah, setelah makan dan minum, ia pergi lagi. Dijelajahinya sudut-sudut negeri itu, menyusuri jalan, lorong dan kampung, untuk mencari seorang perempuan tua yang akan dijadikan sebagai ibu angkat. Rupanya tidak mudah menemukan sesosok perempuan tua. Setelah memeras tenaga mengayun langkah kesana kemari hingga jontor, barulah ia menemukan yang dicari. Perempuan itu adalah seorang pedagang kue apem di pinggir jalan yang sedang memasak kue-kue dagangannya. Dihampirinya perempuan tua itu.

“Hai, ibu, bersediakah engkau kujadikan ibu angkat?” kata abu nawas.

“Kenapa engkau berkata demikian?” tanya si Ibu tua itu. “Apa alasannya?”

Maka diceritakanlah perihal dirinya yang mendapat perintah dari Sultan agar membawa ibunya ke istana. Padahal ibunya sudah meninggal. Juga dijanjikan akan membagi dua hadiah dari Sultan yang akan diterimanya. “Uang itu dapat ibu simpan untuk bekal meninggal bila sewaktu-waktu dipanggil Tuhan,” kata abu nawas.

“Baiklah kata si Ibu tua itu, aku sanggup memenuhi permintaanmu itu.”

Setelah itu abu nawas menyerahkan sebuah tasbih dengan pesan agar terus menghitung biji tasbih itu meskipun di depan Sultan, dan jangan menjawab pertanyaan yang diajukan. Sebelum meninggalkan perempuan itu, abu nawas wanti-wanti agar rencana ini tidak sampai gagal. Untuk itu ia akan menggendong perempuan tua itu ke istana.

“Baiklah anakku, moga-moga Tuhan memberkatimu,” Kata si ibu tua.

“Dan terutama kepada Ibuku…”

Keesokan harinya pagi-pagi sekali abu nawas sudah sampai di istana lalu memberikan salam kepada Sultan.

“Waalaikumsalam, abu nawas,” jawab Sultan. Setelah itu Sultan memandang abu nawas. Bukan main terkejutnya Sultan melihat abu nawas menggendong seorang perempuan tua. “Siapa yang kamu gendong itu?” tanya Sultan. “Diakah ibumu?” tapi kenapa siang begini kamu baru sampai?”

“Benar, tuanku, inilah ibu Patik, beliau sudah tua dan kakinya lemah dan tidak mampu berjalan kemari, padahal rumahnya sangat jauh. Itu sebabnya patik gendong ibu kemari,” kata abu nawas sambil mendudukkan ibu tua di hadapan Sultan.

Setelah duduk ibu tua itu pun memegang tasbih dan segera menghitung biji tasbih tanpa henti meski Sultan mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya. Tentu saja Sultan tersinggung, “Ibumu sangat tidak sopan, lagi pula apa yang dikatakannya itu sampai tidak mau berhenti?”

Sembah abu nawas, “Ya tuanku Syah Alam, suami ibu patik ini 99 banyaknya. Beliau sengaja menghafal nama-nama mereka satu persatu, dan tidak akan berhenti sebelum selesai semuanya.”

Seratus Dinas

Demi mendengar ucapan abu nawas tadi perempuan tua itu pun melempar tasbih dan bersembah datang kepada Sultan. “Ya tuanku Syah Alam,” katanya, “Adapun patik ini dari muda sampai tua begini hanya seorang suami hamba. Apabila sekarang ini berada di hadapan tuanku, itu adalah atas permintaan abu nawas. Dia berpesan agar patik menghitung-hitung biji tasbih dan tidak menjawab pertanyaan tuanku. Nanti abu nawas akan membagi dua hadiah yang akan diterimanya dari tuanku.”

Begitu mendengar ucapan perempuan tua itu Sultan tertawa dan menyuruh memukul abu nawas seratus kali. Ketika perintah itu akan dilaksanakan, abu nawas minta izin untuk dipertemukan dengan Sultan. “Ya tuanku, hukuman apakah yang akan tuanku jatuhkan kepada hamba ini?”

“Karena engkau berjanji kepadaku akan membawa ibumu kemari, akupun berjanji akan memberi hadiah uang seratus dinar, tapi karena kamu tidak bisa memenuhi janjimu, dapatlah engkau seratus kali pukulanku,” kata Sultan.

“Ya tuanku, Syah Alam,” kata abu nawas, “Patik berjanji dengan perempuan tua ini akan membagi dua hadiah yang akan tuanku berikan kepada hamba, tetapi karena sekarang hamba mendapat dera, hadiah itu juga harus dibagi dua, karena yang bersalah dua orang, patik terimalah hukuman itu, tetapi lima puluh seorang dengan perempuan tua ini.”

Dalam hati Sultan bergumam, “Jangankan dipukul lima puluh kali, dipukul sekali saja perempuan tua ini tidak akan mampu berdiri.” Setelah itu Sultan memberi lima puluh dinar kepada perempuan tua itu sambil berpesan agar tidak cepat percaya kepada abu nawas bila lain kali menemuinya. Dengan suka cita diterimanya hadiah itu dan dipandangnya abu nawas.

“Ya tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun, jika ibuku telah mendapat anugerah dari paduka, tidak adil kiranya bila anaknya ini dilupakan begitu saja.”

“Hmm…ya, terimalah pula bagianmu,” ujar baginda sambil tersenyum, “Ini…”

Semua orang tertawa dalam hati. Setelah abu nawas bermohon diri pulang ke rumah. Demikian pula perempuan tua itu dan semua yang hadir di Balairung, dengan perasaan masing-masing.

Rabu, 07 Maret 2012

KISAH ANAK DURHAKA KEPADA ORANGTUA




Diceritakan ada sebuah keluarga di daerah Jawa Barat pada tahun 1950. Ayahnya seorang supir pribadi dan anaknya ada 7 orang, 1 perempuan dan 6 laki-laki.Dari keenam anak laki-laki ada 1 orang anak yang sangat bandel, dan kasar kepada orangtuanya sendiri sehingga orangtuanya sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Jika keinginannya tidak dipenuhi dia akan mengamuk, menghancurkan barang-barang milik orangtuanya bahkan setelah dia menginjak dewasa dia sering memaksa meminta uang kepada orangtuanya dengan ancaman akan membunuh orangtuanya sendiri.

Setelah dewasa lelaki itu jatuh cinta kepada seorang wanita cantik dari sumatera barat. Wanita ini mengejar-ngejar lelaki itu sampai mau bunuh diri kalau tidak direstui oleh orangtuanya. Akhirnya mereka menikah pada tahun 1975 dan dikaruniai 2 orang anak yang terdiri dari 1 anak laki-laki dan yang kedua anak perempuan.
Awal pernikahan mereka bahagia sekali karena cukup hartanya tetapi disaat anak-anaknya berusia 10 tahunan, mulailah goyang perekonomian, lelaki itu kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Disaat itulah mereka sering bertengkar dan istrinya ingin bercerai tetapi lelaki itu tidak mau. Dan akhirnya istrinya ingin pulang ke kampung halamannya di Sumatera Barat, mereka hijrah ke sana dengan membawa kedua anaknya.Setelah sampai di Sumatera Barat mereka tinggal di tempat orangtua istrinya. Baru sebulan mereka disana, istrinya mengadu kepada orangtuanya bahwa dia hidup susah bersama lelaki itu sehingga orangtua istrinya mengusir lelaki itu dari rumahnya setelah beberapa hari istrinya sudah dijodohkan dengan orang sumatera barat lagi sampai menikah, melihat kejadian itu lelaki itu sakit hati, dia tidak bisa berontak karena dia lemah tanpa daya berada di kampung orang lain tanpa sanak saudara yang jauh di Jabar.Lelaki itu stress dia sakit hati banget bagai petir menyambar diatas kepalanya karena status pernikahannya belum bercerai. Lelaki itu hidup sebatang kara sengsara jadi gelandangan, dia ingin pulang ke Jabar tapi tidak punya ongkos tidak ada uang sepeserpun. Suatu hari lelaki itu bertemu dengan orang Jawa dan orang jawa itu merasa kasian dia memberi makan dan ngobrol “darimana asalmu de?” lelaki itu menjawab “sayah mah dari Jabar, sayah teh bukan orang sumatera, saya ingin pulang ke Jabar ke kampung halaman tapi tidak punya uang”. Seteelah lama bercerita akhirnya orang jawa itu mengajak pulang ke Jabar dengan memberi ongkos. Setelah sampai di Jabar dan tiba di rumah orangtuanya, orang jawa itu mengantar dan menceritakan keadaan lelaki itu di Sumatera hidup terlunta-lunta sejak diusir istrinya. Setelah itu orangtuanya berusaha mengobati ke paranormal tetapi tidak ada hasilnya, paranormal mengatakan bahwa lelaki itu diguna-guna oleh istrinya agar lelaki itu menjadi gila.

Mendengar hal itu orangtuanya jadi kecewa karena anaknya tidak bisa sembuh lagi sampai berobat ke berbagai tempat.Setelah beberapa tahun orangtuanya meninggal dunia. Lelaki itu hidup sendiri lagi hanya adiknya yang mengurusnya di Ciamis sedangkan adik yang lainnya sudah berumah tangga dan takut kepada lelaki itu karena dia sering mengamuk dan jahat kepada adiknya karena pelampiasan yang tidak bisa marah kepada istrinya yang di Sumatera. Menginjak usia 40 tahun lelaki itu meninggal dunia di Ciamis, adik- adiknya menguburkannya. Suatu hari setelah 2 tahun lelaki itu meninggal, anaknya yang di Sumatera juga meninggal yang perempuan karena tidak diurus oleh ibunya terkena keracunan makanan, sedangkan anak yang laki-laki pergi mencari ayahnya ke Jabar tetapi sayang ayahnya itu sudah meninggal dunia sehingga tidak bisa bertemu.

Sabtu, 25 Februari 2012

Kisah Nabi Idris AS Melihat Surga dan Neraka

sorga-neraka
Setiap hari Malaikat Izrael dan Nabi Idris beribadah bersama. Suatu kali, sekali lagi Nabi Idris mengajukan permintaan. “Bisakah engkau membawa saya melihat surga dan neraka?”
“Wahai Nabi Allah, lagi-lagi permintaanmu aneh,” kata Izrael.
Setelah Malaikat Izrael memohon izin kepada Allah, dibawanya Nabi Idris ke tempat yang ingin dilihatnya.
“Ya Nabi Allah, mengapa ingin melihat neraka? Bahkan para Malaikat pun takut melihatnya,” kata Izrael.
“Terus terang, saya takut sekali kepada Azab Allah itu. Tapi mudah-mudahan, iman saya menjadi tebal setelah melihatnya,” Nabi Idris menjelaskan alasannya.
Waktu mereka sampai ke dekat neraka, Nabi Idris langsung pingsan. Penjaga neraka adalah Malaikat yang sangat menakutkan. Ia menyeret dan menyiksa manusia-manusia yang durhaka kepada Allah semasa hidupnya. Nabi Idris tidak sanggup menyaksikan berbagai siksaan yang mengerikan itu. Api neraka berkobar dahsyat, bunyinya bergemuruh menakutkan, tak ada pemandangan yang lebih mengerikan dibanding tempat ini.
Dengan tubuh lemas Nabi Idris meninggalkan tempat yang mengerikan itu. Kemudian Izrael membawa Nabi Idris ke surga. “Assalamu’alaikum…” kata Izrael kepada Malaikat Ridwan, Malaikat penjaga pintu surga yang sangat tampan.
Wajah Malaikat Ridwan selalu berseri-seri di hiasi senyum ramah. Siapapun akan senang memandangnya. Sikapnya amat sopan, dengan lemah lembut ia mempersilahkan para penghuni surga untuk memasuki tempat yang mulia itu.
Waktu melihat isi surga, Nabi Idris kembali nyaris pingsan karena terpesona. Semua yang ada di dalamnya begitu indah dan menakjubkan. Nabi Idris terpukau  tanpa bisa berkata-kata melihat pemandangan sangat indah di depannya. “Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah…” ucap Nabi Idris beulang-ulang.
Nabi Idris melihat sungai-sungai yang airnya bening seperti kaca. Di pinggir sungai terdapat pohon-pohon yang batangnya terbuat dari emas dan perak. Ada juga istana-istana pualam bagi penghuni surga. Pohon buah-buahan ada disetiap penjuru. Buahnya segar, ranum dan harum.
Waktu berkeliling di sana, Nabi Idris diiringi pelayan surga. Mereka adalah para bidadari yang cantik jelita dan anak-anak muda yang amat tampan wajahnya. Mereka bertingkah laku dan berbicara dengan sopan.
Mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai surga. “Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali.”
“Silahkan minum, inilah minuman untuk penghuni surga.” Jawab Izrael. Pelayan surga datang membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat dari emas dan perak. Nabi Idris pun minum air itu dengan nikmat. Dia amat bersyukur bisa menikmati air minum yang begitu segar dan luar biasa enak. Tak pernah terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu. “Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah,” Nabi Idris mengucap syukur berulang-ulang.
Setelah puas melihat surga, tibalah waktunya pergi bagi Nabi Idris untuk kembali ke bumi. Tapi ia tidak mau kembali ke bumi. Hatinya sudah terpikat keindahan dan kenikmatan surga Allah.
“Saya tidak mau keluar dari surga ini, saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat nanti,” kata Nabi Idris.
“Tuan boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti, setelah semua amal ibadah di hisab oleh Allah, baru tuan bisa menghuni surga bersama para Nabi dan orang yang beriman lainnya,” kata Izrael.
“Tapi Allah itu Maha Pengasih, terutama kepada Nabi-Nya. Akhirnya Allah mengkaruniakan sebuah tempat yang mulia di langit, dan Nabi Idris menjadi satu-satunya Nabi yang menghuni surga tanpa mengalami kematian. Waktu diangkat ke tempat itu, Nabi Isris berusia 82 tahun.
Firman Allah:
“Dan ceritakanlah Idris di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah orang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi, dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS Al-Anbiya:85-86).
***
Pada saat Nabi Muhammad sedang melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj ke langit, beliau bertemu Nabi Idris. “Siapa orang ini? Tanya Nabi Muhammad kepada Jibril yang mendampinginya waktu itu.
“Inilah Idris,” jawab Jibril. Nabi Muhammad mendapat penjelasan Allah tentang Idris dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 85 dan 86, serta Surat Maryam ayat 56 dan 57.


Air Susu yang Pemalu

Kecerdasan Abu Nawas benar-benar menghibur Raja Harun Ar Rasyid.
Suatu saat sang raja terlihat murka melihat pekerjaan pengawal kerajaan yang selalu tidak beres. Setelah diselidiki, ternyata para pengawal itu suka mabuk-mabukan.
"Wahai pengawalku semua, sudah sering aku peringatkan agar engkau jangan mabuk-mabukan,"
ujar Raja Harun.

Para pengawal kerajaan terlihat begitu gemetar. Mereka tak berani menatap mata rajanya. Kepala mereka tertunduk sebagai pengakuan rasa bersalah.
"Ceritakan kepadaku, dari mana kalian mendapatkan arak-arak itu," tanya raja.

Raja Harun Murka.

Untuk beberapa saat, para pengawal tak mau mengaku juga. Namun, ketika Raja Harun membentak, akhirnya mereka mengaku juga.
"Abunawaslah yang membawa arak-arak itu ke istana, kami juga diajari mabuk-mabukan olehnya," ujar salah seorang pengawal.
"Jika demikian, cepat bawa Abunawas ke hadapanku, kalau tidak, kalian semua harus menerima hukuman dariku," ujar raja Harun.

Keesokan harinya berangkatlah beberapa pengawal kerajaan ke rumah Abu Nawas. Sesampainya di rumah sederhana Abunawas, mereka kemudian memberitahukan maksudnya.

"Bawalah botol ini ke hadapan raja dan katakan semua ini atas perintahku," uar salah satu peimpin pengawal itu.
"Tunggu dulu, dengan minuman arak ini, aku pasti akan dihukum oleh saja," kata Abunawas.
"Benar, tapi jika engkau berhasil lolos dari hukuman raja, aku akan memberimu sejumlah dinar," ucap pengawal itu.

"Lalu apa keuntunganmu dengan memberiku sejumlah dinar?" tanya Abunawas.

"Jika engkau lolos dari hukuman raja, maka kami semua juga akan lolos. Gunakanlah kecerdasanmu untuk mengelabuhi raja," jawab pengawal itu.
Akhirnya Abu Nawas bersedia menerima tugas itu. Dengan memegang sebotol arak berwarna merah, ia menemui Raja Harun.
"Wahai Abunawas, apa yang engkau pegang itu?" tanya raja Harun.

Susu yang Merah Merona.

Dengan gugup Abunawas menjawab,
"Ini susu Baginda, rasanya enak sekali," jawab Abunawas sekenanya.
"Bagaimana mungkin air susu berwarna merah, biasanya susu kan berwarna putih bersih," kata raja Harun keheranan sambil mengambil botol yang dipegang Abunawas.
"Betul Baginda, semula air susu ini berwarna putih bersih, saat melihat Baginda yang gagah rupawan, ia tersipu-sipu malu, dan menjadi merah merona," jawab Abu Nawas yang mencoba mengambil hari raja Harun dengan menyebutnya seorang rupawan.

Mendengar jawaban Abunawas, Baginda pun tertawa dan meninggalkannya sambil geleng-gelng kepala. Raja Harun sebenarnya tahu bahwa yang di dalam botol itu adalah arak, namun karena penyampaian Abu Nawas yang membanggakan hati, ia tidak memberikan hukuman kepada Abu Nawas.

"Baiklah, untuk kalian semua aku maafkan, akan tetapi jiika kalian ulangi lagi, maka hukumanya akan berlipat ganda," titah sanga Raja.

Akhirnya Raja Harun Ar Rasyid juga memberikan ampunan kepada para pengawal.

Abu Nawas juga mendapatkan hadiah sejumlah beberapa dinar dari para pengawal, karena telah berhasil melaksanakan misinya.
Nah, demikian sedikit hiburan cerita Abu Nawas.

Jenazah Diantar Malaikat Jibril

Jenazah Diantar Malaikat Jibril

Pada suatu hari salah seorang sahabat Rasulullah SAW yakni Sa'ad bin Mu'ad meninggal dunia.
Nabi Muhammand SAW yang datang bertakziah menyuruh para sahabatnya memandikan jenazah Sa'ad.
Sedangkan Beliau sendiri hanya berdiri di dekat pintu.

Ketika Jenazah itu di kafani, kemudian dibawa dan diletakkan di tempat pembaringan, Rasulullah SAW ikut mengantarkan tanpa memakai sorban dan selendang.
Awalnya Beliau mengambil posisi di sebelah kanan jenazah, lalu Beliau pindah ke sebelah kiri sampai jenazah itu diantarkan ke kuburan.

Setelah sampai di kuburan, Rasulullah SAW turun ke liang lahatnya dan meletakkan batu bata dengan rata di atasnya.
"Duhai bebatuan, engkau temani aku.Duhai tanah yang basah, engkau temani aku, dan kau tutupi dia diantara bebatuan," Ujar Rasulullah SAW.

TANPA SURBAN
Setelah jenazah Sa'ad ditimbun dengan tanah hingga rata, Rasulullah SAW bersabda,
"Aku tidak tahu, apakah Sa'ad disiksa di kubur itu, tetapi Allah mencintai hamba yang beramal sesuai dengan yang ditetapkan oleh-Nya."

Nampaknya pernyataan Nabi Muhammad SAW itu di dengar oleh seorang perempuan tua.
Dan wanita itu adalah ibu Sa'ad.
Tanpa banyak bicara, ibu Sa'ad langsung bersimpuh di pusara anaknya.
Ia terlihat sedih akan kematian anaknya itu.
"Wahai Sa'ad, istirahatlah kamu di surga," ujarnya.

"Wahai ibu Sa'ad, janganlah kamu memaksa Tuhanmu, karena Sa'ad sekarang ini sedang ditimpa azab kubur," ujar Rasulullah SAW kepada ibu Sa'ad.
"Mengapa Wahai Rasulullah?" tanya ibu Sa'ad.
"Sesungguhnya Allah SWT kuasa atas semuanya," jawab Nabi SAW singkat.

Kemudian Rasulullah SAW dan semua sahabat pulang dari kuburan.
Para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW,
"Ya Rasulullah, kami melihat engkau bersikap terhadap Sa'ad tidak seperti kepada yang lain, engkau mengantarkan jenazahnya Sa'ad tanpa sorban dan selendang."

"Ketahuilah, bahwa aku melakukan itu karena malaikat datang tanpa sorban dan selendang, maka aku mengikutinta," kata Rasulullah SAW.
"Engkau mengambil posisi di sebelah kanan tempat pembaringan, kemudian pindah ke sebelah kiri.
Mengapa ya Rasulullah?" tanya sahabat yang lain.

SIKSA KUBUR
"Tanganku mengikuti Jibril mengambil apa yang dia ambil," jawab Rasulullah SAW.
Setelah itu salah seorang sahabt yang satunya mengajukan pertanyaan lain.
"Engkau perintahkan kami memandikannya, dan engkau menyalatinya serta mengantarkan ke kuburnya, mengapa demikian?" tanyanya.

Mendapat pertanyaan itu, Rasulullah SAW bersabda,
"Sa'ad telah ditimpa azab kubur."
Nabi Muhammad SAW menegaskan,
"Sa'ad mendapat siksa kubur karena ketika hidup, Sa'ad berakhlak buruk (kasar) terhadap keluarganya."

Sejak pernyataan Rasulullah SAW tersebut, para sahabta lebih berhati-hati dalam bersikap terhadap orang lain, terutama terhadap keluarganya masing-masing.
Mereka tidak ingin mendapat siksa kubur seperti yang diterima Sa'ad.

KISAH ABU SAWAN

Siasat Menaklukkan Monyet

Kisah Abu Nawas hadir kembali pada malam hari ini dengan kisah yang tak kalah seru dari si cerdik Abu Nawas.

Pada suatu hari Abu Nawas tengah melihat pertunjukan monyet ajaib. Ajaib karena si monyet ini hanya mau diperintah oleh pemiliknya saja, kalau diperintah oleh orang lain maka dia akan menolak.

Namun, dengan kecerdasan yang dimilikinya, Abu Nawas akhirnya berhasil mengecoh si monyet sehingga menuruti perkataan Abu Nawas.
Seru Kan.

Ikuti Kisahnya.
Pada suatu hari yang cerah, Abu Nawas telah mendapatkan peri tah dari Raja Harun Ar-Rasyid untuk mengamati dan mencari tahu kekurangan yang ada pada rakyatnya.

Maklumlah, selain terkenal sebagai penyair ulung, Abu Nawas juga termasuk salah satu orang kepercayaan Baginda Raja, karena usulan-usulan dan petuahnya yang seringkali tidak masuk akal, namun tetap bisa menjadi solusi ketika masalah sedang tiba melanda.

Pada suatu malam, Abu Nawas melangkahkan kedua kakinya dengan santai menyisir kota.
Selama dalam perjalanan, ia sama sekali tidak melihat adanya sesuatu yang dirasa janggal, karena kesejahteraan penduduk pada waktu itu boleh dibilang cukup layak.

Pertunjukan Monyet.
Akan tetapi, pada saat Abu Nawas tengah berada di depan tanah lapang yang sering digunakan penduduk untuk mengadakan hajatan, tiba-tiba langkah kakinya terhenti dengan adanya kerumunan massa yang begitu banyak.

Abu Nawas pun bertanya kepada temannya yang bernama Husein yang secara kebetulan baru melihat pertunjukan di sana.
"Ada pertunjukan apa di sana?" tanya Abu Nawas.
"Pertunjukan keliling yang melibatkan monyet ajaib," jawab Husein.
"Apa maksudmu dengan monyet ajaib?" tanya Abu Nawas.
"Monyet tersebut bisa mengerti bahasa manusia dan yang lebih menakjubkan lagi, monyet itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja," jelas Husein.

Ancaman Abu Nawas kepada Monyet.
Jawaban Husein itu telah membuat Abu Nawas semakin tertarik dan penasaran.
Dia langsung pamit pada temannya itu untuk melihat pertunjukan monyet itu. Ketika Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan pada penonton.

Ternyata, sang pemiliki monyet dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat monyet itu mengangguk-angguk.

Tak heran bila banyak diantara penonton mencoba satu persatu, mereka berusaha dengan berbagai cara untuk membuat monyet itu mengangguk-angguk.
Namun, hasilnya adalah sia-sia belaka.
Melihat kegigihan si monyet tersebut, Abu Nawas semakin penasaran.
Akhirnya Abu Nawas maju ke depan untuk mencobanya.
Setelah berhadapan dengan monyet itu, Abu Nawas bertanya,
"Tahukah engkau siapa aku ini?"
Si monyet menggeleng-gelengkan kepala.

"Apakah engkau tidak takut kepadaku?" tanya Abu Nawas.
Si monyet menggelengkan kepalanya.

Abu Nawas berhasil.
"Apakah engkau takut kepada tuanmu?" tanya Abu Nawas memancing dan si monyet mulai ragu.
"Bila engkau tetap diam, maka aku akan laporkan kepada tuanmu," ancam Abu Nawas kepada monyet.

Seketika itu juga, si monyet yang pada dasarnya hanya takut kepada tuannya, secara spontan saja emngangguk-anggukkan kepala.

Horee....
Sontak saja saja para penonton bersorak karena ada orang yang mampu membuat si monyet mengangguk-anggukkan kepala.
Karena keberhasilan Abu Nawas tersebut, maka ia telah mendapatkan hadiah berupa uang yang lumayan banyak.

Di lain pihak, si pemilik monyet bukan main marahnya.
Pemilik monyet pun memukuli monyetnya dengan sebatang kayu karena malu terhadap pertunjukan itu.